Belajar Demokrasi Sedari Dini

Bagian terpenting dari sebuah pendidikan adalah mengajarkan tindakan nyata kepada santri. Membiasakan mereka dengan sikap-sikap nyata, tindakan nyata, dan tauladan nyata dalam keseharian menjadi salah satu metode yang ampuh untuk benar-benar menjadikan ajaran itu menjadi bagian dari diri mereka. Sehingga kelak, mereka tidak hanya sekedar Memahami sebuah teori, namanya juga praktek, benar memahami apa yang mereka lihat dan mereka jalani.

Sejak dulu, pondok Pesantren Al Islam menanamkan metode ini, salah satunya dalam pemilihan ketua OPMI dan koordinator. Seluruh santri dikumpulkan dan dikenalkan kepada seluruh kandidat, melihat dan mendengarkan program dan visi misi mereka. Setelahnya, mereka bersama-sama memilih mereka yang dianggap paling layak dan patut untuk menjadi ketua OPMI dan koordinator. Dengan begitu, siapapun yang menjadi ketua nantinya, adalah pilihan mereka. Gerakan membawa perubahan dalam organisasi yang mereka pimpin.

BACA JUGA  Reformasi Kepengurusan OPMI dan Koordinator Al-Islam Joresan

Bersyukur dan alhamdulillah sekali, sudah 2 tahun ini metode yang dibentuk dalam pemilihan ketua OPMI dan koordinator disetting mirip dengan pemilihan umum pada umumnya. Mereka harus mencoblos kandidat yang dicalonkan, memasukkannya ke dalam kotak suara, dan menandai cara mereka dengan tinta. Sepintas, pelaksanaannya memang benar-benar mirip. Dari sini, santri diharapkan mendapatkan pembelajaran arti sebuah demokrasi dan sportifitas dalam sebuah pemilihan.

Pada dasarnya, siapa pun kandidat dan siapapun yang nantinya akan menjadi ketua organisasi, terkadang tidak begitu penting. Meskipun ketua organisasi begitu mempengaruhi pergerakan dan organisasi itu sendiri. Namun, proses pemilihan ini yang paling pokok adalah bagaimana Pondok mengajarkan kepada santri untuk objektif, selektif, dan mengikuti kata hati dalam memilih seorang pemimpin. Dan bagi seorang calon pemimpin, harus mengerti bahwa sebuah kepercayaan itu dibangun dari kejujuran dan sportifitas. Menghindarkan diri dari segala bentuk ketidakjujuran dan manipulasi.

Pembelajaran demokrasi semacam ini, sebenarnya merupakan salah satu bentuk mengejawantahkan prinsip pondok Pesantren Al Islam sejak dulu didengungkan. Sanggup dipimpin dan siap memimpin. Pada saat seorang santri harus dipimpin, maka dia harus sanggup dan siap dipimpin, dibimbing dan diarahkan. Namun pada suatu saat ketika dia diminta pemimpin, maka tidak ada kata tidak baginya, kecuali kata siap. Siap menerima amanah, siap menerima tanggung jawab, dan siap menjalankan tugas. Dan inilah yang diharapkan dari seorang santri kelak di masyarakat. Dan santri-santri al-islam dipersiapkan untuk itu, insya Allah. Amin.

Mau tahu kandidatnya?

OPMI PUTRA

  • Bahrul Ulum (5A)
  • Nur Rochim (5B)
  • Dama Ainul Hasan (5G)
  • Zainal Mustafidin (5A)

KOORDINATOR PUTRA

  • Ahmad Syifa Aminullah (5F)
  • Alfariza Fatsal Lutfia (5G)
  • Thoriq Syihab Muntaz (5F)
  • Ahmad Watsiq Muntaha (5A)
BACA JUGA  Desain “MOS” Yang Istimewa

OPMI PUTRI

  • Agnia Ilma (5F)
  • Fahimatul Latifah (5B)
  • Shofia Wardani (5B)
  • Luthfia Mariatul Fitriani (5i)

KOORD PUTRI

  • Kuny Khiyarotul Mukhtarin (5A)
  • Diyah Ayu Lina (5H)
  • Hawin Alfi (5A)
  • Asna Afifah (5F)

Siapakah yang menjadi ketua OPMI dan koordinator? Sampai artikel ini ditulis, kami sendiri belum tahu siapakah nanti akan menjadi ketuanya. Namun harapannya adalah, siapapun nanti yang menjadi ketuanya, semoga kelak dia kan bisa membawa perubahan dan perkembangan yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Amin.

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*