
Masih sama dengan tahun lalu, “ambengan”. Kali ini anak kelas tiga pun diminta kembali membuat tugas akhir membuat ambeng. Bukan untuk enak-enakan atau keren-kerenan ya. Melainkan semata sebagai wujud usaha menjaga tradisi “syukur” dalam ambeng itu sendiri. Tradisi jawa ini sarat makna kebersamaan.
Bagaimana tidak? Acara ini selain “lungguh bareng” juga diwarnai dengan “gojekan” dan “makan bareng” yang semakin merekatkan tali silaturahmi. Jarang-jarang kita duduk bareng dan makan bareng. Kapan lagi waktunya? Ya seperti ini. Coba lihat bagaimana para asatidz itu makan satu tumpeng bersama-sama. Bukan dalam piring sendiri-sendiri. Sekat yang biasa memisahkan pun semakin hilang dan semakin rekat, semakin harmonis.
Tak hanya itu, acara ini pun diakhiri dengan doa bersama. Wow, banyak yang didapat dari acara seperti ini. Sudah “lungguh bareng”, “mangan bareng” ditambah “Donga bareng”. Semuanya bersama. Begitu indahnya kegiatan ini. Tak salah jika kepada Madrasah juga Pimpinan begitu getol mempertahankan acara seperti ini.
Tradisi ambengan dengan kebersamaannya menjadi motivasi kegiatan ini. Insya Allah, langkah-langkah semakin selaras, semakin kompak dan jalinan ukhuwwah semakin kuat.
Tak lupa doa agar seluruh santri dipanjatkan bersama. Agar mereka mendapatkan ilmu yang barokah, manfaat, mashalah dunia akhirat. Amiiin
Bismillaah, barokah.
Leave a Reply