Kilas EFT
Emotional Freedom Technique (EFT) adalah salah satu teknik penyembuhan yang berkembang pesat saat ini. Konsep EFT didasarkan pada prinsip bahwa emosi negatif yang tidak dipecahkan dari masa lalu dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental seseorang. Dengan melepaskan emosi negatif ini melalui teknik tapping atau tekanan ringan pada titik-titik tertentu di tubuh, sinyal listrik tubuh dapat bergerak dengan lebih lancar dan tubuh akan menandai dirinya sendiri sebagai sehat.
Selain dapat membantu menyembuhkan masalah kesehatan, EFT juga dapat diterapkan dalam dunia pendidikan. ustadz atau santri yang mengalami masalah traumatik terkait dengan pendidikan dapat mengalami ketakutan, kecemasan, amarah, dan pola pikir negatif lainnya. Hal ini dapat mengganggu proses belajar-mengajar dan menghambat kemajuan santri.
Implementasi Dalam Dunia Pendidikan
Dalam konteks Pondok Pesantren Al-Islam, EFT dapat diterapkan melalui prinsip keikhlasan. Seorang ustadz yang pernah mengalami masalah dengan santri yang tidak baik dapat membebaskan dirinya dari beban emosional dengan cara mengikhlaskan kejadian tersebut. Dengan pengikhlasan, ustadz akan dapat meningkatkan husnudzdzon dan semangatnya dalam proses belajar-mengajar. Begitu juga dengan santri yang mengalami masalah traumatik dalam proses belajar, dengan mengikhlaskan masalah tersebut, mereka akan bebas dari beban emosional dan dapat belajar dengan lebih efektif.
Seorang ustadz, ia harus memiliki keikhlasan dalam melaksanakan tugasnya untuk mendidik santri secara Islami. Namun, terkadang ustadz juga dapat mengalami masalah dengan santri yang tidak baik, seperti santri yang sering bolos, tidak taat pada aturan, atau tidak berpartisipasi aktif dalam proses belajar-mengajar. Masalah seperti ini dapat membuat ustadz merasa frustasi, kecewa, atau bahkan marah, sehingga mengganggu keseimbangan emosionalnya.
Dalam hal ini, EFT dapat diterapkan melalui prinsip keikhlasan. Seorang ustadz yang mengalami masalah dengan santri yang tidak baik dapat membebaskan dirinya dari beban emosional dengan cara mengikhlaskan kejadian tersebut. Mengikhlaskan artinya menerima kejadian yang telah terjadi dengan lapang dada, tanpa dendam atau kebencian. Dengan cara ini, ustadz dapat melepaskan emosi negatifnya dan mengembalikan keseimbangan emosionalnya. Hal ini akan membantu meningkatkan husnudzdzon dan semangatnya dalam proses belajar-mengajar, sehingga dapat memberikan pengaruh positif pada santri.
Begitu juga dengan santri yang mengalami masalah traumatik dalam proses belajar, seperti kesulitan dalam memahami pelajaran, tekanan dari teman sebaya, atau tekanan dari orang tua. Santri yang mengalami masalah seperti ini dapat merasa cemas, takut, atau kecewa, sehingga mengganggu keseimbangan emosionalnya dan menghambat proses belajarnya. Dalam hal ini, pengikhlasan dapat membantu santri melepaskan beban emosionalnya dan belajar dengan lebih efektif. Santri yang telah mengikhlaskan masalahnya akan lebih fokus pada proses belajar dan memperoleh manfaat yang lebih besar dari proses belajar-mengajar.
Satu Prinsip Kaya Benefit
Dalam konteks pendidikan, prinsip keikhlasan juga dapat memiliki manfaat lainnya, seperti meningkatkan kualitas hubungan antara asatidz dan santri, meningkatkan kemampuan santri dalam mengatasi masalah dan stress, serta meningkatkan kualitas interaksi sosial di antara santri. Hal ini dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan produktif di Pondok Pesantren Al-Islam.
Maka, tak salah jika Pondok Pesantren Al-Islam Joresan memegang teguh prinsip keikhlasan. Panca jiwa pondok yang pertama. Dengan keikhlasan yang tak hanya dijalankan sebatas persoalan kenapa seseorang menjalankan tugas dan untuk siapa. Memahami konteks keikhlasan lebih lanjut yang sangat sejalan dengan prinsip ilmu psikologi terapan yang menekankan pada jiwa yang sehat. Jiwa yang ringan tanpa bebas, bahagia, penuh rasa syukur, dan terlatih husnudzdzon kepada orang lainnya.
Dalam konteks pendidikan santri, prinsip keikhlasan yang dipegang teguh oleh Pondok Pesantren Al-Islam Joresan memiliki peran penting dalam menghasilkan output yang berkualitas. Pendidikan di pondok pesantren tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pengembangan jiwa dan moral yang sehat.
Begitu juga, santri yang memiliki jiwa yang sehat dan kuat, yang terlatih dalam mengendalikan emosi dan mempraktikkan nilai-nilai keikhlasan dalam setiap tindakan yang dilakukan, akan memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan dan menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain. Dalam jangka panjang, ini akan berdampak positif pada keberhasilan dan prestasi mereka di masa depan.
Alhasil, EFT dapat diterapkan dalam dunia pendidikan melalui prinsip keikhlasan. Dengan mengikhlaskan masalah dan melepaskan emosi negatif yang terkait dengan masalah tersebut, guru dan santri dapat meningkatkan kualitas belajar-mengajar dan menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan produktif. Prinsip keikhlasan juga dapat memiliki manfaat lainnya, seperti meningkatkan kualitas hubungan antara guru dan santri, meningkatkan kemampuan santri dalam mengatasi masalah dan stress, serta meningkatkan kualitas interaksi sosial di antara santri. Dengan menerapkan prinsip keikhlasan, Pondok Pesantren Al-Islam dapat menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan produktif untuk semua santrinya.
Leave a Reply