Sebuah Tradisi
Sudah menjadi tradisi dan kebiasaan yang ada di pondok pesantren, sebelum mengajar atau berangkat ke ruang kelas, asatid sering mendahului aktivitas-aktivitasnya dengan membaca basmalah. Tak hanya sampai di situ saja, sebelum mengajar dimulai, asatidz juga mengirimkan Fatihah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan juga santri-santri yang sedang diajarnya. Ini adalah tradisi yang sudah berjalan lama dan hampir semuanya menjalankan.
Bagaimana tinjauan dari sisi psikologis seorang asatidz yang menjalani aktivitas seperti itu? Paragraf berikutnya akan membahas ini.
Keberkahan dan Kebahagiaan
Berbicara keberkahan seperti judul artikel ini sebenarnya barangkali suatu ranah yang abstrak. Namun di sini harus kita sepakati bahwa memahami berkah yang dimaksud adalah kemanfaatan lebih yang bisa didapatkan dalam sebuah aktivitas. Sampai di sini kita harus menyepakati istilah ini, bahwa berkah adalah kemanfaatan lebih yang bisa didapatkan dari sebuah aktivitas atau kegiatan.
Wakil Direktur Bagian Akademik Pondok Pesantren Al Islam, Ustad Masrur pernah sekali waktu mengatakan dalam satu sambutannya, “seorang guru itu harus bahagia.” Dalam penjelasannya beliau menyampaikan, bahwa kebahagiaan seorang guru akan muncul dalam aktualisasinya mengajar. Sehingga seorang guru yang mampu mengkondisikan hati dan pikirannya untuk senantiasa bahagia akan bisa membawa dampak positif dalam pembelajarannya dan membantu santri berkembang lebih baik.
Sebuah Relasi
Apa hubungan kebahagiaan dengan membaca basmalah dan hadiah Fatihah?
Tentu untuk menjawab ini, akan banyak sisi yang bisa digunakan. Di sini akan di review dari sisi psikologis. Kenapa ranah psikologis menjadi pilihan? Karena sebenarnya psikologis seseorang adalah bagian dari proses yang tidak nampak namun seringkali mempengaruhi terhadap hasil yang dilakukan dari sebuah aktivitas.
Namun karena sering tidak disadari prosesnya seperti apa dan bagaimana, beberapa orang cenderung mengabaikannya atau tidak mengabaikannya namun tidak menyadari kekuatannya.
Sebagai satu contoh ketika seorang ustadz sudah menyiapkan pembelajarannya dengan baik, namun karena sebuah kejadian yang pernah terjadi di kelas yang mau diajar, ustadz tersebut kemudian mulai menandai di pikirannya bahwa kelas tersebut adalah kelas yang sulit diajarkan atau bahkan tidak bisa diajar. Karena pikirannya telah menandai kelas tersebut dengan tanda yang kurang positif, dampak dari pikirannya ini pun berantai sampai kepada sel-sel otaknya. Sehingga sistem kelistrikan tubuhnya pun mulai melemah kekuatannya, karena sel-sel di otaknya telah menandai bahwa tidak mungkin kelas ini bisa diajar dengan baik. Gerakan-gerakan tubuhnya pun mulai tidak lincah lagi ketika menjelaskan. Intonasi suaranya pun mulai tidak lugas dan lantang lagi. Hal ini karena satu sebab pikiran dan jiwanya telah menandai sesuatu yang kurang positif.
Ikhtiar Tak Terlihat
Kebiasaan membaca basmalah sebelum menjalani sesuatu akan sangat membantu seorang Ustadz dalam proses belajar dan mengajarnya. Bagaimana bisa?
Perlu dipahami bahwa pikiran itu memiliki ruang. Dan ruang pikiran ini diisi dengan hal-hal apapun yang menjadi pikiran dan angan-angan seseorang. Entah itu positif atau negatif. Entah itu berdampak jangka panjang ataupun jangka pendek. Secara keseluruhan semua proses input data dalam pikiran ini akan menjadi sebuah muatan-muatan yang akan diproses oleh pikiran, baik dengan respon “berat” ataupun “ringan”.
Seseorang yang membaca basmalah sebelum melakukan sesuatu dengan niatan bertabarrukan dengan asma Allah yang Maha Agung dan bertabarrukan secara batiniah memohon pertolongan kepadanya untuk memudahkan setiap aktivitasnya dan memberikan keberkahan di dalamnya, akan sangat mengurangi dampak pikiran pikiran yang berat pada diri seseorang yang ada sebelumnya. Menurut Prof. Quraish Shihab, menyebut nama sesuatu yang diagungkan itu bisa dimaksudkan untuk ngalap berkah.
Ketegangan Pikiran
Secara fitrah, seseorang yang menyandarkan kegundahan keberatan atau kesulitan-kesulitan yang ada dalam pikirannya akan terasa lebih ringan. Apalagi jika dia mampu melakukan proses penyandaran kepada Allah ini dengan sepenuh hatinya. Dia akan merasakan secara kuat pengaruh positif dari proses tawakal ini. Dia tidak akan lagi mencoba menyandarkan proses dan keberhasilan dari usaha-usaha yang dilakukan kepada dirinya sendiri. Dia akan lebih memilih untuk cenderung berproses bagaimana yang dia mampu dan menjalankan spek mungkin yang dia bisa. Dia lebih berfokus kepada usaha-usaha yang mungkin dia lakukan. Selebihnya dia pasrahkan hasilnya kepada Allah.
Kecenderungan seseorang yang melakukan sesuatu itu merasa paling bertanggung jawab dan merasa harus berhasil atas apa yang dia lakukan. Secara tidak sadar ini justru memicu kuatnya beban yang ada dalam pikiran dan hatinya. Secara tidak langsung ini kemudian mengganggu proses dia berusaha menjadi lebih baik. Cenderung merasa tertekan dan muncul kekhawatiran ketidakberhasilannya nanti. Karena ketegangan yang dia rasakan, ide-ide yang seharusnya muncul di pikirannya pun menjadi berkurang. Atau bahkan kadang-kadang tidak menemukan inspirasi sama sekali.
Basmalah dengan konsep tendensi pikiran dan hasil dari seorang hamba kepada Allah akan mengurangi dan meminimalisir keruwetan-keruwetan psikologis. Akan menjadikan usaha seseorang menjadi lebih maksimal dan cenderung mendapatkan kemudian kemudahan ide dan gagasan dalam menjalankan aktivitasnya.
Seorang Ustadz yang mengajar dan memiliki kepasraan yang tinggi kepada Allah atas hasil yang dia peroleh, memungkinkan dia untuk berpikir lebih jernih lebih tenang dan terhindar dari prasangka-prasangka pribadinya yang justru membuatnya terhambat pembelajaran dan proses mengajarnya. Senantiasa optimis, karena baginya usahanya adalah satu-satunya yang bisa dia lakukan. Sebentar hasil adalah bagian terbaik dari sisi Allah.
Begitu juga dengan hadiah Fatihah kepada santri-santri. Kebiasaan ini melatih seorang guru untuk senantiasa berprasangka baik dan berpengharapan tinggi kepada perkembangan santri-santrinya. Baik itu perkembangan, perilaku perkembangan pembelajaran, dan perkembangan dari sisi lainnya. Dengan senantiasa mendoakan santri-santrinya, seorang guru akan selalu punya harapan yang tinggi terhadap adanya perubahan dan potensi kemajuan yang ada pada seorang santri. Setiap kali dia masuk kelas selalu ada harapan dan selalu ada keyakinan adanya perubahan-perubahan yang mungkin akan terjadi.
Fokus Yang Positif
Hadiah fatihah akan mengantarkan dan menggiring pikiran dan jiwa seorang guru untuk senantiasa fokus pada kemaslahatan dan kebaikan Santri. Meminimalisir adanya fokus-fokus guru pada kekurangan-kekurangan pada diri Santri. Alih-alih akan cenderung memarahinya, dengan kebiasaan hadiah Fatihah akan membuat guru cenderung lebih humanis dan yakin ada sisi-sisi baik pada seorang santri.
Beberapa ahli mengatakan bahwa pikiran manusia layaknya Google. Kata kunci apa yang diketikkan maka akan munculkan sugesti-sugesti konten yang berkaitan dengan kata kunci tersebut. Pikiran manusia juga demikian, saat kata kunci yang dimasukkan adalah “kebaikan dan kemajuan santri” maka pikiran dan hatinya akan berfokus untuk mencari kemungkinan-kemungkinan perkembangan Santri.
Karena bagi pikiran “benar” atau “salah” itu hampir tidak ada bedanya dalam proses mereduksi dan menunjukkan bukti-bukti. Ketika seseorang meyakini sesuatu itu “benar”, maka pikirannya akan menunjukkan bukti-bukti bahwa apa yang dilakukan itu “benar”. Sementara apabila seseorang meyakini sesuatu itu “salah”, pikiran pun akan dengan cepat menunjukkan bukti-bukti bahwa pikirannya adalah “salah”.
Ketika seseorang meyakini seorang santri itu kurang baik, maka dengan cepat seorang guru pun akan dengan mudah menemukan alasan anak ini “kurang baik” adanya. Begitu pula dengan sebaliknya, apabila seorang guru meyakini seorang santri itu baik, dengan cepat pula dia akan menemukan bukti-bukti kenapa dia harus “baik”.
Kesimpulan
Sebagai titik kesimpulan dari ulasan ini, basmalah dan hadiah Fatihah adalah bentuk ikhtiar batiniah seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Ini akan sangat bermanfaat untuk menggiring pikiran seorang guru yang kadang kurang disadari untuk menjadi lebih positif, lebih berdaya, dan lebih berprasangka baik. Membaca basmalah dan hadiah Fatihah adalah tradisi ilmiah yang dianggap hanya berhubungan dengan sisi spiritual, padahal sisi spiritual itu sangat berkaitan dengan sisi psikologis seseorang.
Leave a Reply