Perjalanan menuju sebuah tujuan terkadang tidaklah mudah. Ada rintangan dan ujian yang terkadang harus dilewati. Semua itu bercampur menjadi satu dalam satu dalam adonan rasa manis, asam, dan asin. Tak lain, semua itu untuk menguji seberapa gigih dan semangat seseorang. Demikian pula yang terjadi pada pencari ilmu. Mereka pun merasakan hal yang sama. Bahkan, dikisahkan Nabi Musa as, yang seorang Nabi pun harus merasakan sulitnya mencari ilmu. Betapa beliau harus menyelami pengertian yang Nabi Khidir sampaikan dengan peristiwa yang benar-benar tidak masuk akal bagi beliau. Jika beliau Nabi Musa as saja masih demikian, bagaimana halnya dengan kita.
Hari ini tak kurang dari 282 santri di wisuda Pondok Pesantren “Al-Islam” Joresan. Mereka dianggap telah menyelesaikan tahapan belajar mereka selama 6 tahun. Waktu yang terbilang tidak sebentar. Sebuah perjalanan yang jika dituliskan dalam sebuah buku, maka tak cukup kata-kata itu akan menguraikan setiap detailnya. Waktu yang kemudian membuktikan kepada dunia, siapa yang bisa istiqomah, siapa yang bisa disiplin, siapa yang bisa gigih dan bertahan. Waktu yang kemudian membuktikan betapa manisnya hasil sebuah perjuangan. Waktu yang kemudian membuktikan betapa perjuangan kadang menyisakan tangis dan tawa.
Suasana haru dan tangis bahagia mewarnai arena Khotaman Wada. Bagaimana tidak, anak-anak yang sepertinya belum lama bertemu di kelas I Mts, hari ini mereka sudah di wisuda dan menyelesaikan pembelajaran di Ma’had. Bangga dengan mereka. Bangga atas pencapaian yang mereka capai. Santri-santri pun mulai menyadari, betapa langkah mereka baru dimulai lagi dengan level pendidikan lebih tinggi dan pintu pengabdian yang harus mereka jalani juga. Perasaan harus dan bangga pun bercampur. Teriring doa terbaik untuk mereka. Terlebih saat ingat perjalan mereka di Al-Islam sudah 6 tahun
Dalam perjalan santri-santri ini selama 6 tahun. Tak sedikit jenis keilmuan yang mereka terima dan pelajari. Mulai dari jenis keilmuan agama dan umum. Jika harus dijumlahkan, setiap level kelasnya, jumlah pelajaran pertahun yang harus mereka terima tak kurang dari 20 – 30 pelajaran. Jumlah yang tidak sedikit. Jumlah yang diharapkan nantinya di masyarakat akan menjadi bekal yang cukup untuk berkhidmah. Jumlah yang nantinya diharapkan akan menjadi simpanan yang nantinya bisa berguna saat dibutuhkan. Ibarat seorang ayah, Pondok Pesantren “Al-Islam” Joresan sebisa mungkin membekali setiap santri dengan kecakapan dan ilmu yang sekiranya dibutuhkan. Tak sekedar sebuah tanggungjawab, namun hal ini demi memaksimalkan keberadaan santri di masyarakat. Bermanfaat dan bermanfaat, mungkin singkat katanya.
Dalam kesempatan itu, Ustadz Usman Yudi, M.Pd.I, tak lupa menyampaikan perlunya sebuah sinergitas antara pondok, wali santri dan santri. Sehingga tercipta sebuah hubungan harmonis. Hubungan ini nantinya diharapkan akan bisa mendongkrak keberhasilan Pondok Pesantren “Al-Islam” Joresan dalam mendidik santri-santrinya. Apa yang beliau sampaikan tersebut, bukan tidak beralasan. Sebab, keberadaan Pondok Pesantren “Al-Islam” Joresan yang menjadi lembaga di bawah naungan MWC NU Mlarak adalah lembaga milik umat. Tentunya, untuk memastikan kemanfaatan dan keberadaaanya tetap eksis di masyarakat, umat pun harus sama ikut menjaga.
Ustadz Tantowi Muid, sebagai wakil wali santri secara panjang lebar menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Pondok Pesantren “Al-Islam” Joresan, yang telah mendidik santrinya dengan baik. Indikator betapa perhatiannya Pondok Pesantren “Al-Islam” Joresan dalam mendidik santrinya, beliau contohkan dalam keterjagaan Pondok untuk senantiasa menjaga potongan rambut santri tetap pendek dan sesuai. Dengan adanya perhatian seperti ini, harapan santri yang belajar di sana tentu menjadi semakin baik dan lebih baik lagi adanya. Beliau juga sempat mengingatkan kepada seluruh santri, dimanapun nantinya mereka belajar dan sampaikan level manapun mereka menyelesaikan pendidikannya, mereka harus tetap mengingat dan berterima kasih kepada Pondok Pesantren “Al-Islam” Joresan. Mengingat Pondok Pesantren “Al-Islam” Joresan termasuk tangga pertama yang telah menanamkan sendi keilmuan pada hari santri.
Tak banyak yang bisa kami sampaikan, hanya ungkapan rasa syukur atas sukses dan terselenggaranya Tasyakuran dan Khotaman Wada yang dilaksanakan hari ini (27 April 2019), teriring doa, Semoga semua santri khususnya yang khotaman hari diberikan kemudahan dalam melanjutkan perjalanan mereka mencari ilmu, diberikan keberkahan dan kemanfaatkan ilmu yang sudah mereka peroleh. Dan senantiasa dijadikan manfaat dimanapun mereka berada. Amiiiin.
Leave a Reply