Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu agama Islam kepada para santri. Di sanalah mereka belajar agama dan beribadah sehari-hari. Namun, ada kalanya seorang santri merasa galau dan ingin keluar dari pondok pesantren. Pada suatu Pekan Perkenalan sekitar tahun 2002, Ustadz Zainal Arifin, LC. (Direktur Ketiga Pondok Pesantren Al-Islam), memberikan tips kepada para santri yang merasa galau tersebut.
“Nek ora krasan sedino, jajalen rong dina. Nek ora krasan rong dino, jajalen telung dino. nek ora krasan telung dino, jajalen seminggu. Nek orang krasan seminggu, jajalen rong minggu. Nek orang krasan rong minggu,jajalen telung minggu. Nek orang krasan telung minggu, jajalen sewulan. Sewulan ora krasan, jajalen rong wulan. Rong wulan ora krasan, jajalen nem wulan. Nem wulan ora krasan, jajalen setahun. Setahun ora krasan, jajalen rong tahun. Rong tahun orang krasan, jajalen telung tahun. Telung tahun ora krasan, jajalen nem tahun. Ngerti-ngerti wes lulus.” Begitu kurang lebih beliau menyampaikan saat itu. Diiringi senyum-senyum santri yang mendengarkan.
Ustadz Zainal Arifin, LC. memberikan tips dengan bahasa jawa yang cukup sederhana dan mudah dipahami. Beliau menyampaikan bahwa jika seseorang merasa tidak nyaman atau tidak betah di pondok pesantren selama satu hari, maka cobalah untuk bertahan selama dua hari. Jika masih merasa tidak nyaman, bertahanlah selama tiga hari. Jika masih belum betah, cobalah bertahan selama seminggu. Dan seterusnya, bertahanlah selama dua minggu, satu bulan, dua bulan, hingga satu tahun.
Ustadz Zainal Arifin, LC menegaskan bahwa ketika seseorang telah bertahan selama setahun di pondok pesantren, maka ia akan merasa bahwa satu tahun terasa begitu singkat. Setelah bertahun-tahun tinggal di pondok pesantren, seseorang akan merasa bahwa waktu berlalu dengan sangat cepat.
Dalam memberikan tipsnya, Ustadz Zainal Arifin, LC juga menunjukkan bahwa setiap perubahan membutuhkan waktu dan ketekunan. Jika seseorang ingin meraih sesuatu yang lebih baik, ia harus bersabar dan bertahan melewati masa-masa sulit.
Seakan beliau menekankan bahwa orang tua para santri telah memberikan kepercayaan besar kepada pondok pesantren untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka. Oleh karena itu, para santri seharusnya menghargai kepercayaan tersebut dengan tetap berada di pondok pesantren dan berusaha sebaik mungkin untuk memanfaatkan waktu dengan baik.
Marak saat itu, ada sebuah ungkapan guyonan ala santri. Ungkapan itu mungkin selaras dengan apa yang disampaikan Ustadz Zainal Arifin, LC. “Al-Intiqoolu ‘alaamatul konyol” (pindah-pindah itu pertanda kurang baik). Meski ungkapan itu sebatas guyonan, namun ada pesan penting di dalamnya.
Pindah-pindah pondok pesantren tanpa alasan yang jelas dapat merusak keistiqomahan dan jiwa santri. Hal ini dapat terjadi karena santri yang pindah-pindah pondok pesantren mungkin tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan sulit untuk menjalin hubungan yang erat dengan teman-teman dan guru-gurunya.
Dalam kehidupan di pondok pesantren, keistiqomahan adalah hal yang sangat penting. Santri perlu berusaha untuk selalu istiqomah dalam menjalankan segala aktivitas, baik itu aktivitas akademik, ibadah, maupun sosial. Dengan tetap berada di pondok pesantren, santri dapat membangun keistiqomahan dengan lebih mudah karena lingkungan dan teman-temannya sudah sangat familiar.
Selain itu, pindah-pindah pondok pesantren juga dapat berdampak buruk pada perkembangan pribadi santri. Santri yang sering pindah-pindah pondok pesantren mungkin tidak dapat membangun hubungan yang kuat dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat membuatnya sulit untuk membangun karakter dan kepribadian yang kuat.
Tips yang disampaikan oleh Ustadz Zainal Arifin, LC pada Pekan Perkenalan tersebut dapat menjadi motivasi dan penguat semangat bagi para santri yang merasa galau dan ingin keluar dari pondok pesantren. Dengan mengikuti tips tersebut, para santri dapat membentuk ketekunan dan kesabaran dalam menuntut ilmu agama serta memperkuat karakter diri. Berlatih sabar dan riyadhah. Memperkokoh niat dan berusaha istiqomah.
Kagem ustadz Zainal Arifin, LC. Lahul faatihah…
Leave a Reply