Pagi ini seperti pagi-pagi biasanya. Aku hanya melirik meja makan dan itu membuatku muak dan ingin segera pergi dari rumah ini. Bukan rumah bagiku, ini hanya semacam tempat penampungan beberapa ular yang mematikan. Ini hanya semacam kuburan hidup yang tak berpenghuni. Ayah selalu sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan ia tak pernah meluangkan wakyu sedikitpun untuk keluarganya. Meskipun ada waktu, ia tak pernah menghiraukan semua yang ku ceritakan padanya. Atau, ia hanya orang asing yang mengaku-ngaku sebagai ayahku?
Ibuku? Bukan. Ia lebih mirip seperti tetanggaku atau orang yang tak ku kenal. Aku tak ingat kapan terakhir kali ia menyapaku. Yang aku tau ia hanya menghabiskan semua waktunya dengan adikku, ah! Bukan! Tapi anak kesayangannya. Ya! Aku memang bukan siapa-siapa untuknya. Hanya sebatas anak tiri. Aku tak benar-benar yakin jika aku memiliki keluarga. Seluruh hidupku berubah setelah ibuku meninggalkanku di dunia ini. Ya! Inilah aku, Chan Hiraga. Dan inilah hidupku yang aku sendiri saja bahkan tak tau apakah ini bisa dikatakan hidup atau bukan.
Mereka hanya melirik ke arahku saat aku membuka pintu, hendak berangkat ke sekolah. Aku tak peduli dengan itu semua. Sepeda kesayanganku sudah menanti untuk ku gunakan ke sekolah. Sekolah kupikir adalah tempat yang lebih baik dari rumah ini. Negara metropolitan ini terasa seperti mencekikku saja. Tapi bagaimanapun, inilah tanah kelahiranku, Singapura.
Heem….